تهادُوا فإنَّ الهديةَ تُذهِبُ بالسَّخيمةِ ، و لو دُعِيتُ إلى كُراعٍ لأجبتُ ، و لو أُهدِيَ إليَّ كراعٌ لقبِلتُ
“Hendaknya kalian saling memberi hadiah, karena itu akan menghilangkan kebencian. Andaikan aku diundang untuk makan kaki kambing, sungguh aku akan penuhi undangan tersebut. Andaikan aku diberi hadiah makanan berupa kaki kambing, sungguh akan aku terima.”
إِنَّ الرجلَ لِيصلِّي سِتِّينَ سَنَةً ، و ما تقبلُ لهُ صلاةً ، و لعلَّهُ يُتِمُّ الركوعَ و لا يُتِمُّ السُّجُودَ ، و يُتِمُّ السُّجُودَ و لا يُتِمُّ الركوعَ
“Ada seseorang yang shalat selama 60 tahun tidak diterima shalatnya sama sekali. Bisa jadi karena ia menyempurnakan rukuknya namun tidak menyempurnakan sujudnya, atau ia menyempurnakan sujudnya namun tidak menyempurnakan rukuknya”
لا تَحاسَدُوا، ولا تَناجَشُوا، ولا تَباغَضُوا، ولا تَدابَرُوا، ولا يَبِعْ بَعْضُكُمْ علَى بَيْعِ بَعْضٍ، وكُونُوا عِبادَ اللهِ إخْوانًا المُسْلِمُ أخُو المُسْلِمِ، لا يَظْلِمُهُ ولا يَخْذُلُهُ، ولا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هاهُنا ويُشِيرُ إلى صَدْرِهِ ثَلاثَ مَرَّاتٍ بحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أنْ يَحْقِرَ أخاهُ المُسْلِمَ، كُلُّ المُسْلِمِ علَى المُسْلِمِ حَرامٌ، دَمُهُ، ومالُهُ، وعِرْضُهُ
“Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya), Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya”
يا نِساءَ المُسْلِماتِ، لا تَحْقِرَنَّ جارَةٌ لِجارَتِها، ولو فِرْسِنَ شاةٍ
“Wahai wanita Muslimah, janganlah kalian meremehkan perbuatan baik kepada tetangga walaupun berupa (menghadiahkan) kaki kambing”
مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا، هَمَّ آخِرَتِهِ، كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ، وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ
“Orang yang menjadikan kegelisahannya pada satu hal saja, yaitu ia gelisah akan nasibnya di akhirat, maka Allah akan cukupkan dia sehingga tidak gelisah lagi pada urusan dunianya. Namun orang yang menjadikan kegelisahannya pada urusan-urusan dunianya, maka Allah tidak akan memperdulikan di lembah mana dia akan binasa.”